POTENSI
PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MENJADI ZAT PEWARNA MAKANAN ALAMI
-HIMATEMIA-
Hallo Sobat Himre..
Seperti yang kita ketahui, maraknya penggunaan zat pewarna makanan saat ini banyak digunakan pada makanan seperti pada jananan pasar dan lain sebagainya. Penggunaan warna yang dimaksudkan terkadang banyak yang menggunakan zat pewarna terlarang, dimana itu membuat konsumen merasa khawatir akan makanan yang dikonsumsinya. Untuk itu, perlu adanya alternatif pada penggunaan zat pewarna pada makanan yakni menggantinya dengan zat pewarna alami seperti dari buah bit, daun suji, kunyit dan lain sebagainya. Pigmen lain yang dapat di ekstrak dari bahan alami salah satunya adalah pigmen yang berasal dari kulit buah naga yakni pigmen antosianin. Pada perkBPOM No.37 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna yang disebutkan bahwa (Acceptable Daily Intake) atau ADI untuk antosianin adalah 0-2,5 mg/kg berat badan.
Buah naga merupakan buah yang banyak sekali digemari
oleh masyarakat karena khasiat dan
manfaat serta nilai gizi yang cukup tinggi. Tinggi nya tingkat konsumsi buah naga di masyarakat mengakibatkan
banyaknya kulit buah naga yang terbuang serta menumpuk, dimana itu akan
menyebabkan bau busuk jika didiamkan dan tidak segera diolah. Salah satu
alternatif untuk mencegah menumpuk serta terbuang nya dari kulit buah naga
tersebut dapat dimanfaatkan menjadi zat pewarna makanan alami untuk makanan dengan
menggunakan proses ekstraksi.
Kulit buah naga memiliki kandungan antosianin
didalamnya dimana antosianin merupakan zat pewarna yang penting dan banyak tersebar
luas dalam tumbuhan. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid, flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat di
ekstrak menggunakan pelarut yang polar juga seperti etanol, air dan etil
asetat. Pigmen yang dihasilkan pada kulit buah naga itu sendiri adalah berwarna
merah sampai biru.
Beberapa peneliti sudah banyak melakukan penelitian
mengenai ekstraksi pigmen antosianin dari kulit buah naga seperti yang
dilakukan oleh Anis (2002) yaitu pengolahan kulit buah naga dengan menggunakan pelarut
air dan asam sitrat dimana menghasilkan rendaman dengan nilainya sebesar 10,20
% dan disimpan selama 4 hari dengan perbandingan asam sitrat dan air pelarut
sebesar 9:1 dengan pH 1,91. Rendemen zat warna antosianin yang berbeda pada
setiap perlakuan karena kepolaran dari masing-masing palarut yang digunakan.
Selain itu kemurnian pelarut yang digunakan akan mempengaruhi daya ekstraksi
atau melaritnya zat warna antosianin yang terlarut didalam pelarut dimana akan
mempengaruhi rendemen zat warna yang dihasilkan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya
pewarna dari kulit buah naga dapat di aplikasikan sebagai warna alami bahan
makanan dinana sebagau alternatif dari pewarna sintetis.
Ayo Sobat Himre mari mencoba membuat zat pewarna
berbahan dasar kulit buah naga.
Salam Himre, selamat bertemu di artikel selanjutnya.
#HimatemiaBERAKSI
#HimatemiaGO
Daftar Pustaka :
Simanjuntak, Lidya. Dkk. 2014. EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus). Medan. Universitas Sumatera Utara.
EmoticonEmoticon