Tidak sedikit yang masih menganggap bahwa orang yang pintar adalah mereka yang mendapatkan skor tinggi di bidang akademik. Anak-anak sekolah pun banyak berlomba-lomba belajar dengan giat agar mendapatkan prestasi di sekolahnya untuk meraih predikat anak cerdas. Mereka yang mendapat ranking dianggap sebagai anak pintar dan yang tidak mendapat ranking dianggap tertinggal. Padahal kecerdasan seseorang tidak bisa diukur dari tingginya skor di bidang akademik saja, tapi juga kecerdasan non akademik juga.
Manusia memang dilahirkan dengan kecerdasannya masing-masing yang terbagi dalam bidang-bidang tertentu. Cerdas bukanlah milik orang yang pandai matematika saja, tapi menurut Prof. Dr. Howard Gardner, psikolog dan ahli pendidikan dari Universitas Harvard, manusia dilahirkan setidaknya dengan sembilan kecerdasan. Sembilan kecerdasan ini berupa kecerdasan naturalis, kecerdasan musikal, kecerdasan logikal, kecerdasan eksistensial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan kinestesik-jasmani, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan spasial.
Semua orang memiliki sembilan kecerdasan ini, tapi hanya ada satu atau beberapa yang lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Mereka yang tidak ahli di bidang matematika atau fisika, belum tentu tidak pintar. Mereka bisa saja memiliki kecerdasan non akademik seperti kecerdasan musikal yang pandai bermain musik, atau kecerdasan kinestesik-jasmani dengan skill olahraganya yang mumpuni dan mampu menyelaraskan pikiran dan tubuh seperti yang dimiliki oleh para atlet.
Anak Indonesia Berprestasi di Tingkat Dunia
Indonesia memiliki banyak sekali anak-anak cerdas yang membuat bangsa ini bangga karena prestasi yang sesuai dengan bidangnya. Dari banyaknya anak-anak berprestasi dalam negeri, ada juga yang mampu mengukir prestasi hingga ke tingkat dunia. Berikut ini merupakan beberapa anak Indonesia yang berprestasi di tingkat dunia:
1. Aditya Bagus Arfan, Pecatur Cilik Peraih Gelar Asian Master
Di usianya yang masih sembilan tahun, Aditya Bagus Arfan telah mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan menyabet gelar Asian Master. Ia berhasil mendapatkan medali emas kejuaraan catur Asean U-10 yang berlangsung di Thailand pada bulan Juni 2016 lalu. Turnamen yang diikuti oleh 320 orang peserta dari 13 negara untuk berbagai kategori itu sukses ditaklukkan bocah kelahiran 2006 tersebut dengan mengalahkan 40 peserta di kelompok usia 10 tahun. Ia juga dinobatkan dalam 5 pecatur terbaik kejuaraan catur internasional pada Desember 2016 lalu di Malaysia.Adit, begitu dia disapanya ternyata tidak lahir dari keluarga yang memiliki latar belakang sebagai seorang pecatur. Bakat yang dimilikinya ini sudah terlihat sejak usia balita yang awalnya dimulai dengan melihat orang-orang bermain catur dan timbul keinginannya untuk bermain, walau masih asal-asalan. Karena perhatiannya yang lebih di bidang catur inilah yang membuat Adit terus menekuni olahraga catur hingga membawanya ke tingkat Internasional.
2. Ayahrozad Nalfa Nadia dan Avicenna Roghid Putra Sidik, Kakak Beradik yang Meraih Juara Robotik Internasional
Nadia yang baru berusia 9 tahun dan adiknya, Avicenna yang berusia 6 tahun ini berhasil menjuarai Asian Youth Robotic Olymiads (AYRO) di Singapura. Mereka berhasil meraih Gold Prize Medal Brick Speed, Gold Prize Medal, Silber Prize Medals Maze Solving Junior dan Bronze Medal Aerial Robotic Junior. Di usianya yang masih belia ini, siswa MI Pembangunan UIN Jakarta ini sudah berkali-kali menyabet gelar juara di kontes robotik internasional. Ia juga menjadi salah satu 72 ikon prestasi, di festival paling bergengsi di Tanah Air yaitu Festival Prestasi Indonesia 2017.
Meskipun selama mengikuti kontes di tingkat nasional atau internasional, kebanyakan rivalnya adalah mahasiswa dari berbagai negara. Hal tersebut tidak mengurungkan kepercayaan diri mereka. Berdua sama-sama memperkenalkan robot andalan yang dirakit bersama yang dinamakan Robot Humanoid Selamat Datang. Robot tersebut bisa bersalaman sebanyak tiga kali dengan manusia dan bisa melakukan berbagai aktivitas yang dilakukan manusia.
3. Joey Alexander, Sang Pianis Cilik
Di dunia musik, ada Joey Alexander yang pada tahun 2016 lalu telah sukses membuat masyarakat Indonesia bangga dan takjub dengan prestasinya tampil di ajang Grammy Award 2016. Ia menjadi nominator termuda Grammy Award untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album melalui lagu Giant Steps di album pertamanya, My Favorite Things. Ia juga berhasil membuat deretan artis ternama di malam anugerah internasional itu standing ovation atas penampilannya dengan lagu City Light.
Minatnya terhadap musik Jazz ini datang dari orangtuanya, yang mana sang ayah bisa bermain piano dan gitar yang membuatnya jatuh cinta dengan suara piano. Selama beberapa tahun terakhir, Joey telah memperlihatkan bakatnya dengan mengikuti berbagai pagelaran jazz, seperti Rochester Jazz Festival, Newport Jazz Festival, dan Jazz at Lincoln Center. Joey yang kini telah tinggal di New York sejak tahun 2015 mengatakan bahwa yang membuatnya jatuh hati pada jazz adalah ‘kebebasannya’ dalam bermusik.
4. Hibar Syahrur dengan Sepatu Anti Pelecehan Seksualnya
Di usianya yang pada saat itu baru berusia 14 tahum, Hibar merupakan seorang pelajar dari SMPN I Bogor yang berhasil menyabet medali emas dalam ajang Internasional Exhibition of Young Inventors (IEYI) di Malaysia. Ia merancang sepatu dengan tegangan 450 Volt yang mampu membuat pelaku kejahatan seksual jera. Sepatu ini bisa membuat pelaku tersetrum dan terpental saat melakukan aksinya dengan hanya satu tombol yang ada di dalam sepatu tersebut.
Sepatu ini tercipta karena rasa prihatinnya melihat begitu banyak kasus pelecehan seksual di Indonesia yang selalu masuk dalam pemberitaan di media. Hibar menyatakan bahwa temuannya ini aman untuk pemakainya. Sepatu ini hadir dengan komponen yang baik yang bisa diterapkan di berbagai jenis sepatu wanita.
5. Yuma Soerinato, Programmer Muda
Yuma Soerinato, bocah 10 tahun yang merupakan programmer termuda dalam konferensi WWDC (World Wide Developers Conference) tahun 2017 lalu telah mencuri perhatian CEO Apple, Tim Cook, berkat aplikasi besutannya. Konferensi tersebut merupakan kali pertamanya menghadiri acara tahunan yang dibuat oleh Apple sebagai ajang berkumpul bagi mereka yang berkecimpung dalam pembuatan aplikasi. Yuma juga sempat bertemu dengan Tim Cook dalam perjalanan di pesawat antara Melbourne ke Amerika Serikat. Pertemuan ini pun tidak luput dari jerat media yang dengan cepat menyebarkan berita itu ke seluruh dunia.
Aplikasi yang dibuat Yuma merupakan aplikasi untuk membantu orangtuanya menentukan harga sebuah barang yang berguna ketika mereka pergi berbelanja souvenir untuk oleh-oleh dari perjalanan mereka. Yuma telah menciptakan aplikasi pertamanya tahun lalu dan saat ini ia telah memiliki lima aplikasi yang ada di App Store. Lima aplikasi besutannya itu antara lain Let’s Stack, Hunger Button, Kid Calculator, Weather Duck, dan Pocket Poke. Selain Tim Cook.
Membaca sepak terjang anak Indonesia yang berprestasi di tingkat dunia pastinya membuat kita bangga sekaligus termotivasi. Bangga karena anak Indonesia ternyata mampu bersanding dengan anak dari negara-negara hebat lainnya. Dan tentunya termotivasi untuk terus tekun dalam memperjuangkan apa yang kita cita-citakan. Kita, khususnya anak Indonesia, pasti mampu berprestasi sesuai dengan bidang dan minat kita masing-masing.