Isra` Mi`raj dan Saintek (Saintek=Sains+Teknologi) merupakan dua hal yang
mempunyai hubungan mutually exclusive dalam klasifikasi pengetahuan manusia.
Isra` Mi`raj jelas merupakan satu bahasan dalam metafisika, dan secara
prinsipiil ruang bahasan metafisika berbeda dengan ruang bahasan saintek.
Saintek membahas hukum-hukum alam material yang empiris, sains menjawab
pertanyaan what dan why dan teknologi menjawab pertanyaan for what. Sedang
metafisika membahas hukum-hukum umum alam, terutama alam immaterial yang jelas
non-empiris.
Mungkin sebagian orang beranggapan, ” Sulit bagi kita untuk memahami Isra`
Mi`raj di abad sains dan teknologi ini. Sains modern telah menemukan bahwa
kecepatan maksimum materi adalah kecepatan cahaya di ruang hampa (c = 300.000
km/dt). Seperti yang telah kita ketahui cahaya merambat memerlukan waktu 500
detik ( 8,333 menit) untuk menempuh jarak bumi-matahari, dan ia perlu merambat
selama 50.000 tahun hanya untuk melintasi radius galaksi Bima Sakti (The Milky
Way), padahal galaksi yang ada di alam ini yang terobservasi sampai saat ini
diperkirakan ada ratusan juta. Bagaimana mungkin, seseorang manusia melintasi
itu semua dalam waktu semalam?”
Argumen seperti ini benar-benar menunjukkan kesalahan sistematik kronis
suatu sistem berfikir yang masih bisa disebut sebagai “otak”. marilah kita
bahas beberapa kesalahan berfikir yang terdapat dalam argumen tersebut.
Pertama, di balik argumen tersebut terdapat suatu anggapan bahwa Isra` Mi`raj
adalah suatu perjalanan yang bersifat murni material. Nabi dianggap berjalan
dari satu titik ruang tertentu (Masjid Al-’Aqsha) di alam ini kesatu titik
ruang tertentu di balik ujung langit (Sidratul-Muntaha) , dan menemui Tuhan di
sana. Apakah mungkin bagi Tuhan terikat pada “ke-dimana-an”? Padahal Ia-lah
Yang Maha Mutlak. Tidak Terbatas. Karena jika ada sesuatu yang membatasinya
berarti ada sesuatu yang lebih kuasa dari-Nya. Subhanallahi ‘amma yashifuun.
Perhatikan ayat berikut ini; ” Wa idzaa sa`alaka ‘ibaadi ‘annii fa innii
qariib”(QS Al-Baqarah 186). Allah Yang Maha Dekat terhadap Anda, terhadap saya,
terhadap kita semua. Dan tentu tidak mungkin menafsirkan ayat ini dengan
mengartikan dekat dalam pengertian “ke-dimana-an” material seperti di atas.
Kedua, sekiranya sekali lagi sekiranya anggapan di atas benar pun, apakah
benar bahwa perjalanan ini tidak mungkin secara logis? Mungkin perlu bagi kita
untuk meninjau kembali berbagai jenis kemungkinan.
Pertama,
adalah kemungkinan empiris, contohnya adalah naik gunung Himalaya mungkin
secara empiris.
Kedua,
adalah kemungkinan saintifik, contohnya adalah mungkin membuat kereta api yang
melayang di atas relnya dengan energi superkonduktor. Walaupun kereta ini belum
ada secara empiris namun secara saintifik ini mungkin. Kemungkinan saintifik
dan kemungkinan empiris ini relatif, berubah terhadap ruang dan waktu dan tidak
bisa dipegang sebagai satu kebenaran mutlak. Secara saintifik tidak mungkin
bagi seseorang masih hidup jika jantungnya telah tidak berdenyut selama seratus
hari, tapi kenyataannya secara empiris ada ahli-ahli yoga India yang mampu
melakukannya.
Secara empiris tidak mungkin untuk
bergerak dengan kecepatan 1000 kali kecepatan suara saat ini, padahal secara
saintifik itu sangat mungkin (1000 kali kecepatan suara = 0,001 kali kecepatan
cahaya). Secara empiris, dulu tidak mungkin orang bisa pergi ke bulan, sedang
sekarang secara empiris hal itu jelas-jelas mungkin. Secara saintifik, dulu
tidak mungkin bagi seseorang untuk memahami eksistensi gelombang
elektromagnetik, tapi sejak Maxwell menemukannya sekarang semua mahasiswa
memahaminya. Bahkan secara empiris, kita telah menikmati manfaatnya melewati
TV, radio, dll.
Jenis kemungkinan ketiga adalah, kemungkinan logis. Sesuatu disebut mungkin
secara logis, jika ia tidak melanggar prinsip non-kontradiksi. Apa contoh
sesuatu yang tidak mungkin
secara logis? Misal; sesuatu ada sekaligus tidak ada di suatu tempat dan
waktu tertentu secara bersamaan. Apa contoh lain? Misal; adanya lingkaran
sempurna yang luasnya tidak berbanding lurus dengan kuadrat jari-jari. Apa
contoh lain yang mudah? Misal; membagi tiga keping uang seratusan logam secara
merata kepada dua orang tanpa perlu membagi/menukarkan keping tersebut. Dan
lain-lain.
Kemungkinan logis ini tidak relatif, tapi mutlak. Tidak tergantung ruang
dan waktu. Tidak tergantung kasus apapun. Ia berlaku universal. Kemungkinan
logis inilah yang dapat dipakai sebagai satu ukuran logis atau tidak logis nya
sesuatu secara umum.
Ditinjau
dari kemungkinan logis ini, misalnya, sekali lagi misalnya kita anggap asumsi
model perjalanan Isra` Mi`raj yang material itu pun kita terima, tidak ada
kontradiksi logis apapun di sana. Kejadian tersebut tidak melanggar prinsip
non-kontradiksi. Jadi ya, sahih. Atau mungkin-mungkin saja secara logis.
Sedikit lebih jauh lagi, apakah Anda mendengar suatu eksperimen akhir-akhir
ini yang telah membantah Teori Relativitas dengan ditemukannya partikel yang
bergerak lebih cepat dari cahaya? Mari kita tinggalkan kerangka empirisme dan
saintifik yang relatif dalam memahami hal-hal yang bersifat absolut. Kembali ke
struktur berfikir yang jernih. Dan logis.
Apa satu
hikmah Isra` Mi`raj bagi kita? Minimal, kita menjadi menyadari pentingnya
berfikir di luar kerangka empirisme dan saintek yang amat relatif. Kemudian,
kita menyadari kemungkinan logis yang jauh lebih luas dan umum dari sekedar
empirisme inderawiah dan saintek materialis yang dangkal. Dan mungkin, kita
akan menyadari makna immaterialitas perjalanan Isra` Mi`raj Nabi Suci, jauh di
atas sekedar keajaiban-nya yang mengatasi alam materi ini.
EmoticonEmoticon