Novel adalah salah satu jenis hiburan paling tua dalam sejarah umat manusia. Dulu, saat gadget dan internet belum ditemukan, novel seringkali dijadikan sarana hiburan bagi banyak orang. Sejak dulu pula, para penulis ternama sudah secara rutin mempublikasikan karya-karya mereka untuk dikonsumsi oleh khalayak banyak.
Meski banyak novel karangan penulis luar negeri yang terkenal, ternyata karya-karya penulis Indonesia pun tak kalah menarik. Sebagai bentuk penghargaan dan kecintaan kita terhadap tanah air, serta dalam rangka merayakan hari buku nasioal, mari kita baca atau selami kembali beberapa novel karya anak bangsa yang juga terkenal di kancah dunia.
Meski banyak novel karangan penulis luar negeri yang terkenal, ternyata karya-karya penulis Indonesia pun tak kalah menarik. Sebagai bentuk penghargaan dan kecintaan kita terhadap tanah air, serta dalam rangka merayakan hari buku nasioal, mari kita baca atau selami kembali beberapa novel karya anak bangsa yang juga terkenal di kancah dunia.
1. Laskar Pelangi - Andrea Hirata
Laskar Pelangi menceritakan tentang 10 anak yang bersekolah di SD Muhamadiyah dengan segala keterbatasan fasilitas. Akan tetapi, bu Mus terus menerus menyuntikkan semangat belajar kepada anak-anak itu. Bersama-sama mereka berjuang untuk menunjukkan bahwa keterbatasan tak mampu menghalangi mereka untuk bersainng dengan anak-anak sekolah lainnya dan meraih prestasi. Novel ini telah dicetak ke dalam 25 bahasa dan menjadi international best seller. Selain dapat dinikmati dalam bentuk tulisan, kisah anak-anak Belitung ini juga dapat disaksikan dalam film.
2. Ronggeng Dukuh Paruk - Ahmad Tohari
Menggunakan setting tahun 1960-an, novel ini berkisah tentang seorang penari ronnggeng bernama Srintil. Tak ada yang mengajarinya berdendang atau menari ronggeng, tapi Srintil melakukannya nyaris sempurna. Itu membuat orang percaya bahwa roh indang telah merasuki tubuhnya. Selain bercerita tentang Srintil dan Rasus, teman masa kecilnya. Novel ini juga menceritakan tentang tragedi 1965. Srintil dan rombongan ronggengnya disebut sebagai 'Seniman Rakyat' dan mulai dari situlah malapetaka menghampiri Srintil serta rombongannya.
Novel yang diterbitkan pada tahun 1982 ini membuat Ahmad Tohari, sang penulis diinterogasi mengenai karyanya yang mengandung cerita komunis. Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Tahun 2011 novel ini telah difilmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah yang diberi judul 'Sang Penari'.
Novel yang diterbitkan pada tahun 1982 ini membuat Ahmad Tohari, sang penulis diinterogasi mengenai karyanya yang mengandung cerita komunis. Ronggeng Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi bahasa Inggris dan bahasa Belanda. Tahun 2011 novel ini telah difilmkan oleh sutradara Ifa Irfansyah yang diberi judul 'Sang Penari'.
3. Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan
Novel karya Eka Kurniawan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Ribeka Ota dan diberi judul 'Bi Wa Kazu', sementara di Inggris novel ini diterjemahkan oleh New Directions, New York. Sentra dalam cerita ini adalah tokoh Dewi Ayu, seorang wanita rupawan yang merupakan perpaduan antara darah Indonesia dan Belanda. Ia dipaksa oleh pelacur sampai akhirnya melahirkan tiga orang anak yang tidak diketahui siapa bapaknya. Kecantikannya itu, diturunkan juga pada anaknya, tapi bukan bahagia yang ia rasakan, malah luka karena ketiga anaknya harus bernasib sama dengannya, dipaksa menjadi pelacur. Pada kehamilannya yang ke empat, Dewi ayu berharap agar anaknya kali ini memiliki rupa yang jelek, dan tuhan mengabulkannya. Bayi kecil itu kemudian diberi nama Cantik dan ia berharap nasib buruk tak menimpa anak bungsunya itu, tapi hal itu sulit dilakukan.
4. Tenggelamnya Kapal Vand Der Wijck - Haji Abdul Malik
Novel karangan Buya Hamka ini menceritaka tentang cinta sepasang kekasih yang harus terhalang sebuah aturan adat di tanah Minangkabau. Zainuddin merupakan seorang pemuda yatim piatu yang dianggap tak memiliki suku atau nasab minang, sementara mendiang ayah-nya lah yang merupakan asli orang Minang. Sementara itu Hayati merupakan orang asli minang dan keturunan bangsawan. Aturan inilah yang kemudian membuat dua orang ini tak bisa bersatu. Sebenarnya novel ini ditulis pertama kali sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpin oleh Hamka sendiri. Selain disebut-sebut sebagai karya terbaik Hamka, novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu dan sejak tahun 1963 sudah menjadi bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
5. Tetralogi Pulau Buru - Pramoedya Ananta Toer
Tetralogi Pulau Buru berisikan empat novel karangan Pram yang diterbitkan dari tahun 1980 - 1988. Dianggap menyebarkan pesan Marxisme-Leninisme, novel inipun sempat membuat geger dan dilarang peredarannya untuk beberapa masa. Terdiri dari buku Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, buku-buku ini menggambarkan kejadian yang benar-benar terjadi pada saat awal kebangkitan nasional di Indonesia.
Keempat novel ini bercerita tentang kehidupan Minke, yakni seorang pemuda pribumi yang memperoleh pendidikan di sekolah Belanda. Sebetulnya, Minke adalah nama samaran dari seorang tokoh pers generasi awal di Indonesia, yakni Raden Tirto Adhi Soerjo. Selain bercerita mengenai Minke, novel ini juga mengangkat berbagai peristtiwa yang terjadi pada masa itu, termasuk diantaranya rekaman pengadilan pertama pribumi Indonesia (Nyai Ontosoroh) melawan keluarga suaminya yang merupakan Belanda totok. Tetralogi Pulau Buru lebih dikenal oleh masyarakat internasional dengan sebutan The Buru Quartet. Novel ini pertama kal diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Max Lane. Selain itu, karya Pramoedya inni juga diterjemahkan dalam bahasa Russia oleh E. Rudenko
Tetralogi Pulau Buru berisikan empat novel karangan Pram yang diterbitkan dari tahun 1980 - 1988. Dianggap menyebarkan pesan Marxisme-Leninisme, novel inipun sempat membuat geger dan dilarang peredarannya untuk beberapa masa. Terdiri dari buku Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca, buku-buku ini menggambarkan kejadian yang benar-benar terjadi pada saat awal kebangkitan nasional di Indonesia.
Keempat novel ini bercerita tentang kehidupan Minke, yakni seorang pemuda pribumi yang memperoleh pendidikan di sekolah Belanda. Sebetulnya, Minke adalah nama samaran dari seorang tokoh pers generasi awal di Indonesia, yakni Raden Tirto Adhi Soerjo. Selain bercerita mengenai Minke, novel ini juga mengangkat berbagai peristtiwa yang terjadi pada masa itu, termasuk diantaranya rekaman pengadilan pertama pribumi Indonesia (Nyai Ontosoroh) melawan keluarga suaminya yang merupakan Belanda totok. Tetralogi Pulau Buru lebih dikenal oleh masyarakat internasional dengan sebutan The Buru Quartet. Novel ini pertama kal diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Max Lane. Selain itu, karya Pramoedya inni juga diterjemahkan dalam bahasa Russia oleh E. Rudenko